6 Cara Vagina Anda Mengalami Perubahan Seiring Bertambahnya Umur

 

Tidak hanya puber dan persalinan, tapi umur juga menjadi faktor yang membawa perubahan pada vagina Anda, khususnya setelah mengalami menopause. Sayangnya, perubahan ini jarang sekali dibahas dan kekurangan informasi dapat membuat kita tidak siap untuk realita dari penuaan “lady flower” kita.

 

Jadi, bagaimana sih cara-cara vagina Anda dapat berubah dan menyesuaikan diri dengan penuaan? Simak juga tips dari para ahli untuk membuatnya tetap sehat dan aktif.

 

Rambut di bawah sana

Mungkin, salah satu perubahan yang paling mencolok di daerah vagina Anda adalah rambut yang beruban, penipisan, dan hilangnya rambut kemaluan. “Biasanya, tidak semua rambut kemaluan Anda akan hilang, namun dapat terjadi pengurangan yang cukup banyak,” ujar Dr. Yael Swica, praktisi kesehatan di Village Women’s Health di New York City dan Asisten Profesor Klinis di Center for Family and Community Medicine di Columbia University. Rambut pada kulit kepala, kaki, dan ketiak Anda pun juga dapat mengalami penipisan, khususnya setelah menopause.

 

Well, di sisi baiknya, hal ini berarti Anda tidak harus lagi repot-repot mencukur atau waxing sering-sering. Namun, di sisi lainnya, rambut dapat tumbuh di tempat-tempat lain yang tidak diinginkan. “Beberapa wanita mengalami pertumbuhan rambut di wajah mereka [dan tempat lain] yang tidak mereka inginkan,” kata Dr. Margery Gass, ginekolog dan Direktur Utama dari The North American Menopause Society. Untungnya, banyak cara untuk mengatasi hal ini, seperti krim dan perawatan laser, yang cukup terjangkau.

 

Vulva yang berubah

Meski terhubung dengan dekat, vulva dan vagina Anda adalah dua hal yang berbeda. “Vulva adalah bagian luar, dan vagina adalah kanalnya.” Kata Dr. Swica. “Seringkali, wanita berbicara tentang vagina mereka, ketika yang dimaksud adalah vulva, bibir vagina, klitoris, labia majora, labia manora, dan bahkan uretra.”

 

Vulva Anda tidak banyak berubah dari usia belia sampai 40-an, bahkan 50-an. Namun, pada titik tertantu, kita dapat mulai mengalami Vulvovaginal Atrophy (VVA) atau juga yang disebut sebagai Genitourinary Syndrome of Menopause (GSM), akibat hilangnya estrogen secara bertahap yang disertai dengan perimenopause dan menopause. Itu berarti, “jaringan dapat menjadi lebih pucat dan halus, labia dapat menjadi kurang terlihat, dan vulva akan terlihat lebih tipis.”

 

Vagina itu sendiri

VVA mempengaruhi vagina dan juga vulva. “Hilangnya hormon seks kita (estrogen) dapat berakibat perubahan dramatis dalam penampilan dan fungsi vagina,” kata Dr. Swica. “Pembukaan vagina dapat menyusut, dan panjang vagina bisa menyusut. Anda pun juga bisa mengalami iritasi.”

 

Iritasi itu terjadi karena dinding vagina menjadi lebih tipis, kehilangan elastisitas dan, yang paling utama, kelembaban. “20 sampai 50 persen wanita mulai mengalami keluhan seperti sensasi terbakar dan gatal—ini adalah sensasi kronis,” kata Dr. Swica. “Dengan seks, sensasi itu akan menjadi semakin terasa—dan saat itulah mereka benar-benar menyadarinya, karena dapat terasa sangat sakit.”

 

Adapun seks yang menjadi faktor paling utama yang merangsang gatal, Dr. Gass menambahkan, “Ada juga wanita yang menyadarinya di waktu-waktu lainnya, seperti ketika sedang berjalan atau berolahraga.”

 

Menggaruk rasa gatal itu

Untungnya, ada solusi jangka panjang dan juga jangka pendek untuk ketidaknyamanan yang menyertai VVA.

  • Pelembab vagina – “Pelembab vagina dapat digunakan dua atau tiga kali seminggu, agar vagina tetap lembab,” ujar Dr. Swica. “Pelembab vagina dapat menghilangkan rasa kering.” Penggunaan rutin pelembab vagina secara jangka panjang, seperti Regelle, dapat merejuvenasi dan memperbaiki sel-sel dinding vagina yang menipis, mengembalikan dan memelihara kelembaban dan elastisitas vagina dengan hasil yang lebih tahan lama.

 

(Foto: Regelle Long-lasting Vaginal Moisturizer Pack of 6)

  • Pelumas – “Pelumas dapat Anda gunakan ketika Anda membutuhkan lebih banyak kelembaban pada saat berhubungan seks, dengan bahan dasar seperti silikon, air, dan minyak. Anda juga dapat menggunakan minyak zaitun atau minyak kelapa, biarpun bisa sedikit berantakan.”
  • Terapi Estrogen Lokal (Terapi Sulih Hormon) – Terapi Estrogen Lokal dapat mengembalikan kelembaban dengan memberikan hormon Estrogen dalam dosis rendah dalam bentuk pil, krim, atau pun cincin, dan dapat diberikan oleh ginekolog Anda. Namun, hal ini tidak disarankan bagi wanita yang memiliki keturunan/risiko atau pernah mengalami kanker payudara.

 

“Jika Anda menyayangi kehidupan seksual Anda, maka sebaiknya tetap aktif berhubungan seksual dengan teratur.” kata Dr. Gass, karena hubungan seksual secara teratur dapat membantu vagina tetap lembab dan fleksibel. Dr. Gass juga tidak menyarankan untuk menggunakan “douche”, sabun, dan juga pelembut/pengharum pakaian pada pakaian dalam.

 

Hubungan penuaan (ageing) dan Infeksi

Kabar baiknya: penuaan tidak selalu berarti lebih banyak infeksi jamur.

Berita buruknya: penuaan bisa berarti lebih banyak infeksi lainnya.

 

“Tanpa estrogen, flora vagina berubah dan jaringan di sekitar uretra lebih tipis, membuat kita menjadi lebih rentan terhadap infeksi saluran kemih,” kata Dr. Swica. “Epitel menjadi lebih tipis, jadi kita lebih rentan terhadap infeksi menular seksual dan HIV, dan juga pada infeksi seperti Bacterial Vaginosis (BV), yang dapat membuat keputihan berlebih dan bau tidak sedap.”

 

Melembabkan, melumasi, dan berhubungan seks juga membantu, karena mereka menjaga jaringan vagina agar tetap lentur dan tidak rentan pada iritasi. Dr. Gass memperingatkan agar tidak menggunakan pelumas beraroma atau berperisa (flavored), karena, “Ini bisa menjadi meningkatkan kerentanan wanita terhadap infeksi jamur.”

 

Gairah seks

Dorongan seks Anda dapat berubah seiring bertambahnya usia—dan dapat juga tidak. Libido tergantung pada berbagai faktor, mulai dari hormon, keadaan emosional, hingga keterbatasan fisik, dan setiap wanita berbeda. Bagaimanapun itu, Anda dapat membuat seks pengalaman yang lebih menyenangkan—dan selalu jaga vagina Anda supaya tetap lembab, lentur, dan sehat—dengan tetap rutin berhubungan seks. “Penting untuk tetap berhubungan seks.” Ujar Dr. Swica.

 

Dr. Gass pun setuju, “Sungguh, kuncinya adalah rutin. Anda dapat menganggap hal tersebut seperti olahraga favorit Anda. Jika Anda tidak berolahraga selama enam bulan, dan kemudian melakukannya lagi, pasti Anda akan sakit dan pegal-pegal. Jadi, usahakan untuk rutin. Tidak perlu repot-repot menjadwalkan, yang penting pola aktivitas seksual secara keseluruhan teratur. Hal ini jauh lebih baik dibanding tidak berhubungan untuk waktu yang lama.”

 

Mari berbicara tentang prolapse

Jika Anda belum mengalaminya secara langsung, Anda mungkin pernah mendengar tentang prolapse, yang terjadi saat organ mulai tergelincir keluar dari posisi karena lemahnya otot pelvic floor. “Tiga puluh sampai empat puluh persen wanita dapat rentan akan prolapse,” kata Dr. Gass, “tapi ada banyak jenis; kandung kemih, rahim, bagian atas vagina, uretra.” Meskipun mungkin tidak terasa sakit, prolapse bisa terjadi. mengkhawatirkan, dan mungkin memerlukan pembedahan atau operasi untuk mengembalikan pada kondisi semula. Di antara mereka yang lebih cenderung mengalami kondisi ini adalah perokok dan wanita yang sudah memiliki banyak anak.

 

Untuk membantu mencegah prolapse, Anda harus terus melatih pelvic floor Anda, proses yang harus dimulai setelah melahirkan dan terus berlanjut sepanjang hidup Anda. Latihan kegel, dimana Anda melatih otot pelvic floor, adalah cara terbaik untuk melakukannya. Untungnya, orgasme juga adalah pilihan lainnya. “Kontraksi yang dirasakan wanita saat dia sedang orgasme? Itu kegel yang ideal,” kata Dr. Swica.

 

Kapan harus ke dokter

Untuk menjaga kesehatan vagina Anda seiring bertambahnya usia, Dr. Gass merekomendasikan pemeriksaan ginekologi tahunan. Anda harus membuat janji jika Anda merasakan perubahan atau gejala yang tidak biasa. “Rasa gatal kronis, nyeri, keputihan, bau yang tidak sedap, pendarahan, semuanya adalah hal-hal harus diperiksa oleh ginekolog.” katanya.

 

Yang terpenting, ingatlah untuk menyuarakan kekhawatiran Anda, “Jangan takut berbicara dengan dokter tentang apa yang sedang terjadi,” kata Dr. Swica. “Meskipun kita tahu bahwa 25 sampai 45 persen wanita mengalami gejala, hanya sekitar seperempat wanita yang membicarakannya dengan dokter mereka. Dan dokter tidak pun terkadang tidak membicarakan topik ini pada wanita. Wanita menganggap ini adalah bagian yang lumrah dari penuaan, karena tidak ada yang membicarakannya. Jangan biarkan hal tersebut menjadi lebih buruk, karena semua ini dapat diobati—sangat bisa diobati.”

 

(Dilansir dari huffingtonpost.com –  https://www.huffingtonpost.com/2015/04/29/ways-vagina-changes-as-you-age_n_7162742.html)